Selasa, 30 Juni 2015

Sejarah Gedung Siola


Inilah gedung terindah di Surabaya tahun 1924

Pada tahun 1924 Residen Surabaya, WP Hillen mendapat album kenangan yang berisi foto-foto gedung di Surabaya pada masanya. Ini salah satu dari 70 foto (diambil tahun 1922 dan 1924) yang ada dalam album berjudul “Memories of Surabaya” tersebut. Album dapat di lihat lengkap di KITLV dengan memasukkan nomor album 19 di advance search KITLV.
Kutipan artikel koran The Straits Times diatas sekaligus memberi kita informasi penting mengenai kapan gedung baru Siola ini ditempati dan dibuka yaitu tahun 1923.
Jika kita melihat koleksi foto-foto lama Surabaya, ada satu kelompok foto yang menampilkan gedung-gedung di Surabaya dengan sudut pengambilan yang profesional dan dapat diduga diambil ketika gedung tersebut sudah tuntas dibangun dan akan diresmikan. Gedung Siola ini pun memiliki foto tersebut, foto berikut diduga kuat merupakan foto yang diambil ketika Toko Whiteaway Laidlaw dibuka. Dengan melihat detil foto dimana toko dipasang poster dan spanduk besar-besar dan kemudian membandingkan dengan foto dari album Memories of Surabaya diatas yang menampilkan situasi toko dalam keadaan “normal”, inilah foto pembukaan yang diambil van Ingen itu.

Gedung toko serba ada Whiteaway Laidlaw ketika dibuka tahun 1923 karya van Ingen

Foto dari KITLV dengan angka tahun perkiraan 1910. Di foto ini Ingen melakukan editing dimana kabel listrik dan tram dihapus demi keindahan (Tram listrik belum masuk tahun 1910!) . Dengan artikel The Straits Times diatas kita boleh yakin bahwa KITLV salah memasukan tahun foto.  Bahkan tahun 1910 pun Whiteaway Laidlaw belum masuk Hindia Belanda.
Perusahaan swasta Inggris ini baru membuka cabang di Hindia Belanda tahun 1919 dan satu-satunya hanya di Surabaya (makanya disebut Java Stores). Berikut adalah peta seluruh jaringan toko serba ada Whiteaway Laidlaw di Dunia tahun 1925 dari buku  “The City in Southeast Asia: Pattern, Processes and Policy” (2009) by Peter James Rimmer and Howard Dick. Teknologi Department Store ternyata merupakan teknologi dagang yang baru muncul di pertengahan abad ke-19. Whiteaway sendiri pertama kali didirikan Robert Laidlaw di Calcutta tahun 1879.

Puncak kejayaan era Department Stores ini berakhir dengan dimulainya Perang Dunia II. Whiteaway Laidlaw kehilangan hampir seluruh tokonya: di Hong Kong dijarah tentara Jepang, di Surabaya kena bom tentara Inggris, di Manila hancur total, Kualalumpur dan Singapore juga dijarah Jepang. Di China dengan menangnya komunis Whiteaway tidak bisa melanjutkan bisnisnya. Setelah perang hanya di Hongkong dan Singapore yang bisa kembali bangkit. Itupun menghadapi ancaman era baru retail : era Mall.

Sebelum Siola terkena bom, toko Whiteaway diambil alih oleh Jepang dan tetap menjadi toko serba ada dengan nama Chiyoda.  Masa tiga setengah tahun yang penuh dengan kesulitan itu sepertinya tidak mendukung usaha perdagangan, Jepang sendiri mengarahkan semua sumber daya energinya untuk mencoba bertahan menghadapi sekutu. Seperti juga semua usaha yang diambil alih Jepang, pada masa ini tidak tersisa (atau memang tidak ada) catatan yang melaporkan kinerja usaha.
Paska Jepang menyerah, Surabaya mengalami fase pertempuran yang menentukan sejarah Indonesia. Sementara kota lain menerima kembali kedatangan orang Belanda, Surabaya justru berani melawan pemenang Perang Dunia II : sekutu yang diwakili Inggris. Meskipun perjuangan arek Suroboyo terdesak mundur terus, dalam perjalanan mundur inilah gedung Siola sempat menjadi titik pertahanan. Alasan inilah Siola menjadi salah satu target bom tentara Inggris.

Berikut adalah situasi gedung Siola tahun 1948 yang diambil ketika parade peringatan ulang tahun Putri Juliana. Foto dari KITLV :
Berikut adalah foto dar buku H.W Dick Surabaya “City of Work: A Socioeconomic History, 1900 – 2000″ halaman 13.

“Arek-arek Suroboyo berpawai merayakan Hari Pahlawan 10 November 1950, melewati jalan Tunjungan” (perhatikan kondisi gedung eks Whiteaway Laidlaw atau Toko Chiyoda yang kemudian menjadi Siola. Foto koleksi Arsip Nasional.
Siola baru dibuka kembali tahun 1964, ketika lima pemodal bekerja sama untuk membuka kembali toko serba ada. S – oemitro, I -ng Wibisono, O – ng, L – iem dan A- ang.
Seperti disebutkan dalam buku “The City in Southeast Asia: Pattern, Processes and Policy” (2009) by Peter James Rimmer and Howard Dick. 
Sekarang, Gedung tersebut baru saja diresmikan oleh walikota Surabaya Tri Rismaharini sebagai museum Surabaya.






Sumber: http://surabayatempodulu.com/2013/02/ikon-siola/

Tidak ada komentar: